KUESIONER/ANGKET
File makalah, dwonload disini
File contoh angket kreativitas siswa dan kisi-kisinya, dwonload disini
Kuesioner atau sering disebut dengan angket dimaksud untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum, program pembelajaran dan penelitian. Misalnya data yang berkenaan, dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik, cara belajar, fasilitas belajar, bimbingan belajar, motivasi dan minat belajar, sikap belajar, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran, dan sikap mereka terhadap guru. Berikut contoh makalah dalam kuisioner/angket:
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai
tujuan, tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang
diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar
mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau
evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Kegunaan evaluasi dalam proses
pendidikan adalah untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan
pelajaran yang telah ditetapkan, juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari
program pengajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki.
Salah satu cara yang digunakan dalam evaluasi diantaranya
dengan menggunakan teknik pengumpulan data tes, melalui tes kita dapat
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang telah
diberikan. Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan
tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi,
pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut.
Instrumen evaluasi hasil belajar dapat berwujud tes maupun non-test. Salah satu teknik non
tes pengumpulan data adalah kuesioner atau sering disebut juga dengan angket.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada siswa atau yang sering disebut sebagai responden dalam
kuesioner untuk dijawabnya. Tujuan dari penggunaan teknik ini
adalah untuk memperoleh informasi mengenai fakta, pendapat, atau sikap dari
responden. Pengisian angket tersebut dapat dilakukan di bawah pengawasan guru
atau melalui jasa orang lain. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
efisien bila guru tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang
bisa diharapkan dari responden. Sehingga guru hendaknya
memiliki gambaran yang jelas mengenai indikator yang akan dinilai, tujuan
penilaian, serta sasaran dan sifat data yang diperlukan, membuat instrumen dan
cara pengolahan instrumen kuesioner tersebut.
Instrumen penilaian
merupakan bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen penilaian
karena instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa
untuk diolah dan dianalisis dalam suatu penilaian. Suatu instrumen yang baik
tentu harus memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Untuk memperoleh
instrumen yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung validitas dan
realibilitasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
Data yang diperoleh dari
instrumen non tes seperti kuesioner umumnya berupa data kualitatif yang diolah
dengan cara dikuantifikasi dan dianalisis secara deskriptif. Data yang berasal
dari instumen kuesioner ini biasanya digunakan untuk memberi informasi tambahan/pendukung
mengenai aspek afektif yang mungkin tidak didapatkan dari hasil pengukuran
melalui instrumen tes. Proses kuantifikasi dilakukan melalui teknik tertentu
yang bergantung pada indikator dan tujuan dari penilaian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1.
Apakah pengertian dari kuesioner?
2.
Apakah fungsi dan tujuan kuesioner?
3.
Apa saja kelebihan dan kelemahan kuesioner?
4.
Apa saja jenis-jenis kuesioner?
5.
Bagaimana cara merancang instrumen kuesioner?
6.
Bagaimana tahapan menyusun instrumen kuesioner?
7.
Apa saja skala pengukuran kuesioner?
8.
Bagaimana cara pengolahan uji coba instrumen
kuesioner?
9.
Bagaimana teknik pengolahan dan analisis data dari
instrumen kuesioner?
C. Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.
Mengetahu pengertian dari kuesioner.
2.
Mengetahui fungsi dan tujuan kuesioner.
3.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan kuesioner.
4.
Mengetahui jenis-jenis kuesioner.
5.
Mendeskripsikan cara merancang instrumen kuesioner.
6.
Mendeskripsikan tahapan menyusun instrumen kuesioner.
7.
Mengetahui skala pengukuran kuesioner.
8.
Mendeskripsikan cara pengolahan uji coba instrumen
kuesioner.
9.
Mendeskripsikan teknik pengolahan dan analisis data
dari instrumen kuesioner.
D. Manfaat
Berdasarkan
tujuan di atas, maka manfaat penulisan makalah ini adalah:
1.
Menambah wawasan tentang konsep atau teori yang
membantu perkembangan teknik penyusunan instrumen kuesioner.
2.
Memberikan masukan yang berarti bagi guru dalam meningkatkan
teknik penyusunan instrumen kuesioner.
3.
Penulis dan pembaca lebih memahami mengenai bagaimana
tehnik penyusunan instrumen kueisoner dan macam macam tehnik penyusunan
instrumen kuesioner.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kuesioner
Kuesioner atau sering disebut dengan angket dimaksud untuk
memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum, program
pembelajaran dan penelitian. Misalnya data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh para peserta didik, cara belajar, fasilitas belajar, bimbingan
belajar, motivasi dan minat belajar, sikap belajar, sikap terhadap mata
pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran, dan sikap
mereka terhadap guru. Kuesioner ini sering digunakan untuk menilai hasil belajar
siswa dalam ranah afektif. Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data
yang sangat fleksibel dan relatif mudah digunakan, serta mudah untuk
mendapatkan responden dalam jumlah yang besar. Kuesioner yang didesain dengan
baik dapat mengumpulkan informasi sesuai dengan hasil yang diinginkan oleh
guru.
Ada beberapa pengertian kuesioner yang diungkapkan
oleh para ahli. Menurut Suharsimi Arikunto (2012:42) kuesioner adalah sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini
orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap
atau pendapatnya, dan lain-lain. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk
dijawabnya (Sugiyono, 2016:142). Menurut Karunia Eka L & Mokhammad Ridwan,
Y (2017:237) kuesioner adalah instumen non tes yang berupa daftar pertanyaan
yang harus dijawab oleh orang yang menjadi subjek dalam penelitian (responden).
Dengan demikian kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disiapkan oleh guru dimana tiap
pertanyaannya berkaitan dengan masalah yang akan dinilai. Kuesioner tersebut
pada akhirnya diberikan kepada responden untuk dimintakan jawaban secara tertulis.
Dalam penelitian teknik ini cocok digunakan jika banyaknya responden/sampel
penelitian cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Teknik pengumpulannya
dapat dilakukan secara langsung oleh peneliti atau dikirimkan melalui pos,
internet, dan media lainnya. Bila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak
terlalu luas, sehingga kuesioner dapat diantarkan langsung dalam waktu tidak
terlalu lama, maka pengiriman kuesioner kepada responden tidak perlu melalui
pos. Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan
menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela
akan memberikan data obyektif dan cepat.
B. Fungsi dan Tujuan Kuesioner
a. Kuesioner
berfungsi untuk :
1.
Penilaian hasil
belajar siswa non tes dalam ranah afektif.
2.
Mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam
rangka penyusunan kurikulum dan program.
3.
Menjamin validitas informasi.
4.
Mengambil sampling sikap atau pendapat dari siswa/responden.
5.
Evaluasi program BK (Bimbingan dan Konseling).
b.
Tujuan kuesioner adalah:
1.
Memperoleh data mengenai aspek afektf siswa, seperti
respon, pendapat, sikap atau minat siswa terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan, motivasi belajar, kemandirian belajar dan afektif-afektif lainnya.
2.
Untuk memperoleh data mengenai hasil belajar yang
dicapainya dan proses belajar yang ditempuhnya.
3.
Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner
dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar
belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku
dan proses belajar mereka. Kuesioner sebagai alat evaluasi sangat berguna untuk
mengungkap latar belakang orang tua peserta didik maupun peserta didik itu
sendiri, di mana data yang berhasil diperoleh melalui kuesioner itu pada suatu
saat akan diperlukan, terutama apabila terjadi kasus-kasus tertentu yang
menyangkut diri peserta didik terutama dalam keperluan bimbingan konseling
(BK).
C. Kelebihan dan Kelemahan Kuesioner.
Kelebihan kuesioner antara lain:
1.
Kuesioner merupakan teknik yang praktis karena dapat
dipergunakan untuk pengumpulan data
kepada sejumlah responden dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat.
2.
Merupakan metode yang ekonomis, dari segi tenaga yang
dibutuhkan, antara lain tidak memerlukan
kehadiran konselor.
3.
Setiap responden menerima sejumlah pertanyaan yang
sama.
4.
Pada kuesioner tertutup, memudahkan tabulasi hasil
bagi konselor
5.
Pada kuesioner terbuka, responden mempunyai kebebasan
untuk memberikan keterangan.
6.
Responden memiliki waktu cukup untuk menjawab
pertanyaan
7.
Pengaruh subjektif dapat dihindarkan.
8.
Pengisian kuesioner dapat dibuat anonim, sehingga
responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab.
Kelemahan kuesioner antara lain:
1.
Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga
ada pertanyaan yang terlewati (tidak
dijawab), padahal sukar diulangin untuk diberikan kembali pada responden.
2.
Sulit mendapat jaminan bahwa responden akan memberikan
jawaban yang tepat.
3.
Penggunaannya terbatas, hanya pada responden yang bisa
membaca dan menulis.
4.
Pertanyaan dan pernyataan dalam kuesioner dapat saja
ditafsirkan salah oleh responden.
5.
Sulit mendapat jaminan bahwa semua responden akan
mengembalikan kuesioner yang telah
diberikan.
D. Jenis-jenis Kuesioner.
Menurut
Suharsimi Arikunto (2012:42) jenis kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi,
yaitu:
a. Ditinjaui
dari segi siapa yang menjawab, maka ada:
1.
Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dikirimkan
dan diisi langsung oleh responden.
2.
Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang
dikirimkan dan diisi bukan dengan responden. Kuesioner tidak langsung biasanya
digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan
sebagainya.
b. Ditinjau
dari segi cara menjawab, maka ada:
1.
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan
menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga responden hanya tinggal memberi
tanda pada jawaban yang dipilih.
Keuntungan
pertanyaan dengan jawaban tertutup yaitu:
1)
Jawaban-jawaban
bersifat standar dan bisa dibandingkan dengan jawaban orang lain.
2)
Jawaban-jawabannya
jauh lebih mudah dikoding dan dianalisis, bahkan sering secara langsung dapat
dikoding dari pertanyaan yang ada, sehingga hal ini dapat menghemat tenaga dan
waktu.
3)
Responden
lebih merasa yakin akan jawaban-jawabannya, terutama bagi mereka yang sebelumnya
tidak yakin.
4)
Jawaban-jawaban
relatif lebih lengkap karena sudah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti.
5)
Analisis
dan formulasinya lebih mudah jika dibandingkan dengan model kuesioner dengan
jawaban terbuka.
Kelemahan
pertanyaan dengan jawaban tertutup yaitu;
1) Sangat mudah bagi responden untuk
menebak setiap jawaban, meskipun sebetulnya mereka tidak memahami masalahnya.
2) Responden merasa frustrasi dengan
sediaan jawaban yang tidak satu pun yang sesuai dengan keinginannya.
3) Sering terjadi jawaban-jawaban yang
terlalu banyak sehingga membingungkan responden untuk memilihnya.
4) Tidak bisa mendeteksi adanya
perbedaan pendapat antara responden dengan eneliti karena responden hanya
disuruh memilih alternatif jawaban yang tersedia.
2.
Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun
sedemikian rupa sehingga responden bebas mengumukakan pendapatnya. Kuesioner
terbuka disusun apabila jenis jawaban akan beraneka ragam. Misalnya, keterangan
alamat, responden, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih jawaban yang
disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.
Keuntungan
pertanyaan dengan jawaban terbuka yaitu:
1) Dapat digunakan manakala semua
alternatif jawaban tidak diketahui oleh peneliti, atau manakala peneliti ingin
melihat bagaimana dan mengapa jawaban responden serta alasan-alasannya. Hal ini
sangat baik untuk menambah pengetahuan peneliti akan masalah yang
diutarakannya.
2) Membolehkan responden untuk menjawab
sedetil atau serinci mungkin atas apa yang ditanyakan peneliti. Dalam hal ini
pendapat responden dapat diketahui dengan baik oleh peneliti.
Kelemahan
pertanyaan dengan jawaban terbuka yaitu:
1) Terlalu banyak variasi jawaban dari
responden, sehingga akan menyulitkan peneliti dalam melakukan pengolahan atau
analisis data.
3. Kuesioner Gabungan (Kuesioner
tertutup dan terbuka), untuk menjembatani kekurangan-kekurangan seperti tadi,
maka sering digunakan pertanyaan model gabungan antara keduanya. Dengan model
tertutup dan terbuka, semua kekurangan seperti tadi bisa diatasi. Misalnya
dalam satu pertanyaan, disamping disediakan alternatif jawaban oleh peneliti,
juga perlu disediakan alternatif terbuka (c. ……………) untuk diisi sendiri oleh responden
sesuai dengan pendapatnya secara bebas.
Dalam mengolah
data untuk model terakhir ini, bisa dilakukan pengelompokan ulang atas semua
jawaban responden pada alternatif terbuka tadi atau bisa juga peneliti melihat
ulang apakah jawaban responden yang terakhir itu sebenarnya sudah termasuk ke
dalam salah satu alternatif jawaban yang tersedia. Dan jika ternyata jawabannya
sama dengan salah satu alternatif jawaban yang tersedia namun dalam bahasa yang
berbeda, peneliti bisa menganggapnya sebagai jawaban seperti pada alternatif
yang tersedia tadi.
E. Merancang
Instumen Kuesioner.
Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
suatu penilaian. Instrumen atau alat penilaian adalah sesuatu
yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau
mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien (Suharsimi Arikunto, 2012:40-51).
Dalam bidang
pendidikan, instrumen penilaian digunakan untuk mengukur prestasi belajar
siswa, kemampuan kompetensi tertentu, faktor-faktor yang diduga mempunyai
hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar
siswa, keberhasilan proses belajar siswa, atau keberhasilan pencapaian program
tertentu. Salah satu bentuk instrumen adalah instrumen non tes. Menurut Asroi
dan Syarif Hidayat (2016:2) instrumen non tes adalah alat yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang sikap, perilaku dan kegiatan responden sesuai
dengan aspek yang diukur, salah satunya adalah instrumen kuesioner.
Merancang
yaitu mendesain kuesioner yaitu suatu cara untuk membuat atau menyusun suatu
kuesioner yang baik yang dapat mengumpulkan informasi sesuai dengan tujuan penilaian.
Untuk menyusun kuesioner yang baik,
guru perlu melakukan semacam prasurvei terlebih dahulu ke lapangan guna
memperoleh gambaran umum mengenai data apa saja yang mungkin diperlukan dan
dikumpulkan dalam penelitian dan perlu dimasukkan dalam pertanyaan kuesioner.
Hal ini penting untuk dilakukan dikarenakan suatu kuesioner yang baik harus
mencakup secara komprehensif semua data yang perlu akan tetapi cukup singkat
sehingga dapat menghindari pemborosan yang disebabkan terkumpulnya data yang
tidak relevan.
Setelah
gambaran umum mengenai data yang hendak dikumpulkan dan mengenai keadaan
lapangan diperoleh, penyusun kuesioner perlu pula mempertimbangkan hal-hal lain
seperti karakteristik calon responden (usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin,
dan karakteristik lain), format yang akan digunakan (pertanyaan tertutup atau
pertanyaan terbuka dan sebagainya), cara koding data yang dikumpulkan dan cara
tabulasinya (manual atau dengan komputer), cara analisis data yang nanti akan dilakukan
dan lain-lain.
Uma
Sekaran mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan kuesioner sebagai teknik
pengumpulan data yaitu: prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan kuesioner
(Sugiyono,2106:142) antara lain:
a.
Prinsip
penulisan kuesioner.
Prinsip ini menyangkut beberapa
faktor yaitu:
1. Isi dan tujuan
Yang
dimaksud disini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk
pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran maka dalam membuat pertanyaan
harus teliti, setiap pertanyaan harus skala pengukuran dan jumlah itemnya
mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
2. Bahasa yang digunakan.
Bahasa
yang digunakan dalam penulisan kuesioner harus disesuaikan dengan kemampuan
berbahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat berbahasa Indonesia,
maka kuesioner jangan disusun dengan bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang
digunakan dalam angket harus memperhatikan jenjang pendidikan responden,
keadaan sosial budaya, dan “frame of
reference” dari responden.
3. Tipe dan bentuk pertanyaan.
Tipe
pertanyaan dalam angket dapat terbuka dan tertutup dan bentuknya dapat
menggunakan kalimat positif dan negatif.
4. Pertanyaan tidak mendua.
Setiap
pertanyaan dalam angket jangan mendua (double
barreled) sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban.
Contoh:
Bagaimana pendapat anda tentang
kualitas dan kecepatan pelayanan KTP?
Ini adalah pertanyaan yang mendua,
karena menanyakan tentang dua hal sekaligus, yaitu kualitas dan kecepatan.
Sebaiknya pertanyaan tersebut dijadikan menjadi dua yaitu: bagaimanakah kualitas
pelayanan KTP? Bagaimanakah kecepatan pelayanan?
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa.
Setiap
pertanyaan dalam instrumen kuesioner, sebaiknya juga tidak menanyakan hal-hal
yang sekirannya reponden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukan jawaban
dengan berfikir berat.
Contoh:
Bagaimanakah kinerja para penguasa
Indonesia 30 tahun yang lalu? Menurut anda, bagaimanakah cara mengatasi krisis
ekonomi saat ini? (kecuali penelitian yang mengharapkan pendapat para ahli).
Kalau misalnya umur responden baru 25 tahun, dan pendidikannnya rendah, maka
akan sulit memberikan jawaban.
6. Pertanyaan tidak menggiring.
Pertanyaan
dalam kuesioner sebaiknya tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke
yang jelek saja. Misalnya: bagaimanakah kalau bonus atau jasa pelayanan
ditingkatkan? Jawaban responden tentu cenderung akan setuju. Bagaimanakah
prestasi kerja anda selama setahun terakhir? Jawabannya akan cenderung baik.
7. Panjang pertanyaan.
Pertanyaan
dalam kuesioner sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh
responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak, sehingga memerlukan
instrumen yang banyak, maka instrumen tersebut dibuat bervariasi dalam
penampilan, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya.
Disarankan empirik jumlah pertanyaan yang memadai antara 20 s/d 30 pertanyaan.
8. Urutan pertanyaan.
Urutan
pernyataan dalam kuesioner, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik,
atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak. Hal ini perlu
dipertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi semangat responden
untuk menjawab. Kalau pada awalnya sudah diberi pertanyaan sulit, atau yang
spesifik, maka responden akan patah semangat untuk mengisi kuesioner yang telah
mereka terima. Urutan pertanyaan yang diacak perlu dibuat bila tingkat
kematangan responden terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi.
b.
Prinsip
pengukuran.
Kuesioner yang diberikan kepada
responden adalah merupakan instrumen penilaian, yang digunakan untuk mengukur
indikator yang akan dinilai. Oleh karena itu instrumen kuesioner tersebut harus
dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel, maka sebelum
instrumen kuesioner tersebut diberikan kepada responden, maka perlu diuji
validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Instrumen yang tidak valid dan
relibel bila digunakan untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang
tidak valid dan relibel pula.
c.
Prinsip
penampilan fisik.
Penampilan fisik kuesioner sebagai
alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden mengisi
kuesioner. Kuesioner yang dibuat di kertas buram, akan mendapat respon yang
kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan kuesioner yang dicetak dalam
kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi kuesioner yang dicetak di kertas yang bagus
dan berwarna akan menjadi mahal.
F.
Tahapan
Menyusun Instrumen Kuesioner.
Tahapan menyusun instrumen
dilakukan secara berurutan sehingga instrumen sesuai dengan landasan teori yang
dibuat. (Asroi dan Syarif Hidayat, 2016:3). Tahapan tersebut adalah:
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi
sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.
Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,
kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler. Pada mata pelajaran matematika rumusan kompetensi
sikap spiritual yaitu, “Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya”.
Adapun rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, dan percaya
diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya”. Kedua kompetensi tersebut dicapai
melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu
keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik
mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan
dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran
berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan
karakter peserta didik lebih lanjut. Kuesioner merupakan penilaian sikap maka
penilaiannya merupakan penilaian non tes.
b.
Menyusun landasan teori dan sintesis
teori.
Menyusun landasan teori berarti
mengkaji teori-teori yang sesuai dengan variabel penelitian kemudian
menghubungkan teori satu dengan teori lainnya. Dalam membuat landasan teori,
peneliti harus membuatnya secara sistematis sehingga mudah dipahami oleh
pembaca. Pembuatan landasan terori diakhiri dengan membuat sintesis teori yaitu
berupa rangkuman penulis mengkaji landasan teori yang telah disusun. Sintesis
teori disusun menggunakan bahasa penulis sendiri tidak terlepas dari substansi
teori yang disusunnya. Sintesis teori ini merupakan dasar dalam menyusun
kisi-kisi instrumen penelitian, banyak sedikitnya jumlah kisi-kisi sangat erat
kaitannya dengan seberapa teori itu dibahas.
c.
Menyusun kisi-kisi.
Kisi-kisi
instrumen merupakan bagian dalam tahapan menyusun instrumen penelitian yang
baik dan benar. Kisi-kisi adalah matrik pedoman yang memberikan informasi
tentang aspek-aspek atau indikator untuk diturunkan menjadi butir-butir
pertanyaan atau pernyataan instrumen penilaian. Kisi-kisi tidak dapat muncul
tanpa melalui kajian teori yang telah disintesiskan atau dirangkum. Dengan
demikian, jika ada kisi-kisi yang tidak diturunkan dari teori maka dapat
dipastikan kisi-kisi tersebut tidak mencerminkan indikator-indikator variabel
yang akan diukur, kalaupun ada kesuaian, itu karena faktor kebetulan yang
memiliki kemungkinan penyimpangan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
Untuk
indikator yang teorrinya sangat besar atau luas cakupannya, pembuatan kisi-kisi instrumen dapat
dilakukan dengan memilahnya ke dalam aspek-aspek tertentu, kemudian diturunkan
ke dalam indikator setiap aspek, nomor butir, dan jumlah butir pada setiap
indikator, seperti contoh sebagai berikut:
No
|
Aspek
|
Indikator
|
Nomor Butir
|
Jml Butir
|
1
|
Aspek 1
|
Indikator 1
Indikator 2, dst
|
1, 2, 3
4, 5, 6, 7,
dst
|
3
4
|
2
|
Aspek 2
|
Indikator 1
Indikator 2, dst
|
8, 9
10, 11, 12,
13, dst
|
2
|
3
|
Aspek 3
|
Indikator 1
Indikator 2, dst
|
dst
dst
|
5
|
Total
Jumlah Butir
|
30
|
Untuk variabel yang
teorinya tidak terlalu besar cakupannya, kisi-kisinya dapat langsung dibuat
dalam indikator-indikator, seperti contoh di bawah ini:
No
|
Indikator
|
Nomor Butir
|
Jml Butir
|
1
|
Indikator 1
|
1, 2, 3
|
3
|
2
|
Indikator 2
|
4, 5, 6, 7
|
4
|
3
|
Indikator 3
|
8, 9, 10, 11, dst
|
6
|
Jumlah
|
25
|
d.
Membuat daftar pertanyaan/pernyataan
instrumen.
Tahapan terakhir adalah menyusun instrumen
kuesioner berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun berrdasarkan teori yang
dibangun. Daftar pertanyaan atau pernyataan instrumen dapat dibuat dalam bentuk
tabel ataupun tidak tergantung pada guru. Perlu kehati-hatian kita dalam
menyusun daftar pernyataan atau pertanyaan instrumen agar apa yang kita
tanyakan benar-benar mengukur apa yang dikehendaki sesuai landasan teori.
Bagian
tampilan kuesioner ada 2 bagian pokok yaitu :
a. Bagian Pengantar, yang terdiri atas
penjelasan, tujuan kuesioner, identitas peneliti.
Tujuan kuesioner dibuat untuk
menjelaskan pada responden mengenai tujuan pemberian kuesioner atau tujuan
penelitian, data apa yang diharapkan, manfaat apa yang dapat diperoleh
masyarakat dari hasil penelitian, kewenangan peneliti, dan kerahasiaan jawaban responden.
b. Bagian Isi, yang terdiri atas
identitas umum responden dan pertanyaan-pertanyaan utama.
Identitas umum responden harus
memuat hanya data mengenai responden yang benar-benar diperlukan saja. Sedapat
mungkin jangan menanyakan hal-hal yang sensitif apabila tidak benar-benar
merupakan bagian dari data yang perlu dikumpulkan. Misalnya pertanyaan mengenai
agama atau status perkawinan yang kalau tidak memang perlu sebaiknya tidak
ditanyakan.
Diluar identitas umum responden,
adalah inti dari kuesioner itu sendiri yang berupa pertanyaan-pertanyaan
mengenai data pokok yang diperlukan penelitian, yang kerangkanya telah lebih
dahulu dibuat berdasarkan tujuan penelitian dan prasurvei sebelumnya.
G. Skala Pengukuran Kuesioner
Skala
pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada di dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.
Berbagai skala yang biasa digunakan dalam pengukuran kuesioner adalah:
1. Skala Likert
Skala ini disusun dalam bentuk pernyataan dan diikuti
oleh lima respons yang menunjukan tingkatan. Jawaban setiap item instrumen yang
menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat
negatif, yang dapat berupa kata-kata, misalnya:
a.
Sangat setuju
b.
Setuju
c.
Ragu-ragu
d.
Tidak setuju
e.
Sangat tidak setuju
Untuk
keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
a.
Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5
b.
Setuju/sering/positif diberi skor 4
c.
Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
d.
Tidak setuju/hampir tidak pernah diberi skor 2
e.
Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1
Instrumen
yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.
2.
Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban
yang tegas, yaitu “ya-tidak”;
“benar-salah”; pernah-tidak pernah”; “positif-negatif”, dan lain-lain.
Data yang diperoleh berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif).
Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban
yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Contoh:
Bagaimana pendapat anda, jika hari sabtu menjadi hari
libur sekolah?
a.
Setuju
b.
Tidak setuju
Skala
Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam
bentuk checklist. Jawaban dapat
dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misalkan untuk jawaban setuju
diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor nol. Analisa dilakukan seperti pada
skala Likert.
3.
Semantic Defferensial.
Skala pengukuran yang berbentuk semantic dikembangkan
oleh Osgood. Skala ini tidak berbentuk pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban
“sangat positifnya” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat
negatifnya” terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Biasanya skala ini
digunakan untuk mengukur sikap/karaterisitk tertentu yang dipunyai oleh
seseorang.
Beri
nilai gaya kepimpinan kepala sekolah anda
|
Bersahabat 5 4 3 2 1 Tidak
bersahabat
Tetapi janji 5 4 3 2 1 Lupa
janji
Bersaudara 5 4 3 2 1 Memusuhi
Memberi pujian 5 4 3 2 1 Mencela
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi
Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang
positif sampai dengan yang negatif. Hal ini tergantung pada resepsi responden
kepada yang dinilai.
4.
Ratting
Scale
Dari
tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya
data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale data
mentah yang diperoleh berupa angka, kemudian
ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, senang atau
tidak senang, setuju atau tidak setuju merupakan data kualitatif. Dalam skala
model ratting scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban
kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban
kuantitatif yang telah disediakan.
Contoh:
Seberapa
baik tata ruang kantor yang ada di sekolah A?
Berilah jawaban dengan angka:
4
bila tata ruang itu sangat baik
3
bila tata ruang cukup baik
2
bila tata ruang itu kurang baik
1
bila tata ruang itu sangat tidak baik
Jawablah dengan melingkari nomor
jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
No item
|
Pertanyaan tentang tata ruang
kantor
|
Interval Jawaban
|
1
|
Kebersihan
ruangan
|
4 3
2 1
|
2
|
Sirkulasi
udara ruangan
|
4 3
2 1
|
dst
|
dst
|
4 3
2 1
|
H. Uji Coba Instrumen Kuesioner
Kualitas
instrumen penilaian mempengaruhi kualitas hasil penilaian. Oleh karean itu
untuk mendapatkan hasil penilaian yang baik, diperlukan kualitas instrumen yang
baik pula. Agar instrumen yang telah disusun terjamin kualitasnya, maka
instrumen tersebut perlu diujicobakan terlebih dahulu sebelum akhirnya
digunakan. Menurut Sugiyono (2016:122) instrumen yang baik, (yang berupa tes
maupun non tes) harus valid dan reliabil. Uji coba dilakukan pada subjek yang
menjadi bagian dari anggota populasi atau sekurang-kurangnya setingkat lebih
dari subjek yang dijadikan responden atau pada subjek yang pernah mendapatkan/mengetahui
materi/teori yang akan dinilai.
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan uji coba adalah :
a.
Pertanyaan yang di anggap tidak relevan dapat
dihilangkan.
b.
Dapat diketahui apakah setiap pertanyaan atau
pernyataan bisa dimengerti dengan baik oleh reponden.
c.
Apakah pertanyaan atau pernyataan perlu diubah.
d.
Bisa diketahui reaksi reponden terhaadap pertanyaan
atau pernyataan sensitif, sehingga perlu
diubah atau tidak.
e.
Dapat diketahui berapa lama pengisisan kuesioner oleh
responden.
Untuk
pengujian instrumen kita dapat melakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji
Validitas
Menurut Anderson (Karunia Eka,l &
M.Ridwan, Y, 2017:190) sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur
apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas suatu instrumen merupakan
tingkat ketepatan suatu instrumen untuk mengukur sesuatu yang diukur. Sedangkan
Menurut Sugiyono (2011:170) bahwa instrumen penelitian perlu dilakukan uji
validitas. Untuk instrumen non tes seperti kuesioner yang digunakan untuk
mengukur sikap cukup memenuhi validitas kontruksi (construct validity), artinya bahwa instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan berdasarkan
teori yang dibangun. Untuk validitas kontruksi, dapat digunakan pendapat dari
para ahli (judgment experts). Dalam
hal ini setelah instrumen dikontruksi tentang aspek-aspek yang akan
diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan
dengan para ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah
disusun. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan
tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Selain dengan
validitas kontruksi, untuk menguji validitas pada instrumen non tes juga dapat
digunakan atau dilanjutkan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson. Untuk menguji validitas atau
ketepatan setiap butir pernyataan (item) dalam mengukur konstruksi variabel,
ditentukan dengan mengetahui korelasi dari setiap jumlah skor butir dengan
total skor. Untuk mengetahui besar koefisien korelasi tersebut ditentukan dengnan
korelasi product moment, sebagai berikut:
Untuk mengetahui koefisien korelasi hitung (rht) setiap butir instrumen, dapat pula dihitung dengan bantuan komputer melalui program microsoft excel. Formula rxy tersebut di atas direkonstruksi ke dalam sel-sel pada lembar kerja excel, sehingga dihasilkan koefisien korelasi hitung atau rht. Program lain yang dpat digunakan untuk menghitung validitas butir ini adalah SPSS ( Statistic Program For Social Science).
2. Uji
Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen adalah
keajegan atau kekonsistenan instrumen tersebut bila diberikan pada subjek yang
sama meskipun oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, atau tempat yang
berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama (tidak berbeda
secara signifikan). Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas
instrumen tes tipe subjektif atau instrumen non tes adalah rumus Alpha Cronbach, yaitu:
Data yang dihasilkan dari instrumen non tes seperti kuesioner merupakan
data yang memiliki skala ordinal. Oleh karena itu, sebelum menggunakan Alpha Cronbach, hendaknya membuat daftar
peringkat (rank) dari data tersebut. Program lain yang dapat digunakan untuk
menghitung reliabilitas ini juga bisa menggunakan SPSS ( Statistic Program For Social Science).
I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Dari Kuesioner
Analisis data kuesioner dapat dilakukan dengan cara
menentukan persentase jawaban responden/siswa untuk masing-masing item pertanyaan/pernyataan dalam kuisioner yang
selanjutnya dianalisis secara deskriptif atau dengan cara mentransformasikan
data ke dalam skala sikap, seperti skala Likert, Thurstone dan Guttman yang
kemudian dianalisis secara kuantitatif.
Penentuan persentase jawaban sisiwa untuk
masing-masing item pernyataan/pertanyaan dalam kuesioner, digunakan rumus
berikut:
Persentase yang diperoleh pada masing-masing item
pernyataan/pertanyaan kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria berikut:
Tabel
Kriteria
Penafsiran Persentase Jawaban Kuesioner
Kriteria
|
Penafsiran
|
P = 0 %
|
Tak
seorangpun
|
0 %
|
Sebagian
kecil
|
25 %
|
Hampir
setengahnya
|
P = 50 %
|
Setengahnya
|
50 %
|
Sebagian
besar
|
75 %
|
Hampir
seluruhnya
|
P = 100 %
|
Seluruhnya
|
Contoh:
Suatu
penelitian untuk mengetahui kemandirian belajar matematika siswa. Untuk itu,
peneliti memberikan kuisioner kepada 100 orang siswa. Kuesioner yang diberikan
berupa kuesioner tertutup yang terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu sangat
sering (SS), sering (S), kadang (K), jarang (J), jarang sekali (JS). Pengolahan
data analisis data kuesioner dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
1. Membuat
tabulasi data dan menentukan persentase jawaban siswa.
No
|
Pertanyaan
|
SS
|
S
|
K
|
J
|
JS
|
1
|
Saya
belajar matematika atas keinginan sendiri
|
4
|
8
|
30
|
43
|
15
|
4
%
|
8
%
|
30
%
|
43
%
|
15
%
|
||
2
|
Saya
berusaha mencari berbagai sumber untuk tugas saya
|
9
|
45
|
23
|
16
|
7
|
4
%
|
8
%
|
30
%
|
43
%
|
15
%
|
||
3
|
Saya
belajar sesempatnya saja ketika ada tugas dari guru
|
17
|
26
|
23
|
20
|
14
|
17
%
|
26
%
|
23
%
|
20
%
|
14
%
|
||
4
|
Ketika
mengalami kesulitan, saya menunggu batuan teman/guru
|
42
|
14
|
11
|
17
|
16
|
42
%
|
14
%
|
11
%
|
17
%
|
16
%
|
||
5
|
Bila
guru berhalangan hadir, saya tetap mempelajari materi sendiri
|
4
|
8
|
30
|
43
|
15
|
4
%
|
8
%
|
30
%
|
43
%
|
15
%
|
2. Menentukan
persentase rata-rata.
Item Pernyataan
|
SS
|
S
|
K
|
J
|
JS
|
Persentase Rata-Rata per item
|
1
|
4
|
8
|
30
|
43
|
15
|
30,
54 %
|
4
%
|
8
%
|
30
%
|
43
%
|
15
%
|
||
2
|
9
|
45
|
23
|
16
|
7
|
29,
40 %
|
4
%
|
8
%
|
30
%
|
43
%
|
15
%
|
||
3
|
17
|
26
|
23
|
20
|
14
|
20,
90 %
|
17
%
|
26
%
|
23
%
|
20
%
|
14
%
|
||
4
|
42
|
14
|
11
|
17
|
16
|
26,
26 %
|
42
%
|
14
%
|
11
%
|
17
%
|
16
%
|
||
5
|
4
|
8
|
30
|
43
|
15
|
24,
18 %
|
4
%
|
8
%
|
30
%
|
43
%
|
15
%
|
||
Persentase
Rata-Rata Secara Keseluruhan
|
26,
26 %
|
3. Melakukan
analisis secara deskriptif.
Analisis secara deskriptif
dilakukan dengan menguraikan persentase jawaban siswa berdasarkan kriteria
penafsiran persentase jawaban angket sebagai berikut:
· Analisis
per item pernyataan.
Berdasarkan jawaban siswa pada item
pernyataan nomor 1 diperoleh hasil, bahwa sebagian kecil siswa menjawab sangat
sering (4%), sering (8%), dan jarang sekali (15%) untuk belajar matematika atas
keiinginan sendiri. Sementara itu, hampir setengahnya siswa menjawab kadang
(30%) dan jarang (43%) terhadap pernyataan tersebut. Adapun persentase
rata-rata jawaban siswa untuk item pernyataan nomor 1 sebesar 30, 54%. Hal ini
menunjukan, bahwa hampir setengahnya siswa belajar matematika atas keinginan
sendiri.
Analisis jawaban siswa untuk item
pernyataan nomor 2, 3, 4 dan 5, dideskripsikan dengan cara yang sama seperti
pada item pernyataan nomor 1.
· Analisis
keseluruhan.
Berdasarkan hasil perhitungan,
diperoleh persentase rata-rata jawaban siswa secara keseluruhan sebesar 26,
26%. Hal ini menunjukan, bahwa persentase rata-rata kemandirian belajar
matematika siswa sebesar 26, 26 %. Artinya, hampir setengahnya siswa telah
memiliki kemandirian dalam belajar matematika. Meskipun demikian, kemandirian
belajar siswa masih perlu ditingkatkan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data penilaian non tes yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada untuk dijawabnya oleh
siswa/responden.
2.
Fungsi mendasar kuesioner dalam
pendidikan adalah sebagai penilaian hasil belajar siswa non tes dalam ranah
afektif, dengan tujuan memperoleh data mengenai aspek afektf siswa, seperti
respon, pendapat, sikap atau minat siswa terhadap pembelajaran yang telah
dilakukan, motivasi belajar, kemandirian belajar dan afektif-afektif lainnya.
3.
Kuesioner mempunyai kelebihan diantaranya penggunaan
kuesioner merupakan teknik yang praktis karena dapat dipergunakan untuk
pengumpulan data kepada sejumlah responden dalam jumlah yang banyak dan
dalam waktu yang singkat, dan
kelemahannya seperti responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati (tidak dijawab).
4.
Jenis-jenis kuesioner ditinjaui dari segi siapa yang
menjawab yaitu kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Sedangkan jika
ditinjau dari segi cara menjawab yaitu kuesioner tertutup, kuesioner terbuka
dan kuesioner gabungan.
5.
Merancang yaitu mendesain kuesioner
yaitu suatu cara untuk membuat atau menyusun suatu kuesioner yang baik. Untuk
menyusun kuesioner yang baik,
guru perlu melakukan semacam prasurvei, menyusun tahapannya dan melakukan uji
coba sebelum kuesioner diberikan kepada siswa/responden.
6.
Tahapan dalam penyusunan instrumen
kuesioner yang baik seperti menentukan KI, KD dan indikator instrumen, menyusun
landasan teori dan sintesis teori, menyusun kisi-kisi dan membuat daftar
pertanyaan/pernyataan instrumen.
7.
Skala sikap yang biasa digunakan dalam pengukuran
kuesioner antara lain skala Likert, skala Guttman, Semantic Defferensial dan Ratting Scale.
8. Instrumen kuesioner yang baik tentu harus memiliki validitas dan
reliabilitas yang baik maka sebelum disebar kepada siswa/responden sebaiknya diujicobakan,
dihitung validitas dan reliabilitasnya.
9.
Data yang diperoleh
dari instrumen non tes seperti kuisioner umumnya berupa data kualitatif yang
diolah dengan cara dikuantifikasi dan dianalisis secara deskriptif. Analisis
data kuesioner dapat dilakukan dengan cara menentukan persentase jawaban
responden/siswa untuk masing-masing item pertanyaan/pernyataan dalam kuesioner yang
selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
B. Saran
Tercapai
tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap
hasil belajar siswa. Seorang guru dalam melakukan tugas tentu harus mengetahui
dan paham akan tugas-tugasnya, salah satunya
adalah memberikan penilaian. Sejatinya penilaian merupakan suatu hal yang
sangat penting, maka penyusun menyarankan agar dalam melakukan penilaian ini
seorang guru dapat melaksanakannya sesuai peraturan-peraturan yang telah
ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta :
Bumi Aksara.
Asroi
& Hidayat Syarif. 2016. Memahami
Variabel dan Instrumen Penelitian. Tangerang:Pustaka Mandiri.
Lestari, Karunia E & Mokhmamad
Ridwan. Y. 2017. Penelitian Pendidikan
Matematika. Bandung : Refika Aditama.
McMillan,
James H & Sally Schumacher. 2001. Research
In education A Conceptual Intoduction. New York: Longman.
Sugiyono.
2016. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
LAMPIRAN
|
LAMPIRAN 1
KISI-KISI DAN INSTRUMEN PENELITIAN
A. KOMPETENSI
DAN TUJUAN INSTRUMEN
Kompetensi
sosial (KI 2) yang diharapkan adalah dapat menunjukkan perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, dan percaya
diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya”.
Tujuan dari kuesioner ini adalah
untuk mengetahui kedisiplinan belajar siswa saat pembelajaran di sekolah.
B. DEFINISI
KONSEPTUAL
Disiplin adalah sikap penuh kerelaan
dan ketaatan (kepatuhan) kepada aturan, tata tertib atau norma dalam
melaksanakan aktivitas belajar dengan indikator : ketaatan pada tata
tertib/aturan, tanggung jawab, konsitensi dalam belajar, dan kesadaran dalam
menjalankan aturan.
C. KISI-KISI
a. Indikator
Butir Soal
No
|
Indikator
|
Kriteria
Pernyataan
|
Jumlah
|
|
Positif
|
Negatif
|
|||
1
|
Ketaatan pada tata
tertib/peraturan
|
1,
4, 5
|
2,
3
|
5
|
2
|
Tanggungjawab
|
6,
7, 8, 9
|
10
|
5
|
3
|
Konsistensi dalam
belajar
|
11,
12, 14, 15
|
13
|
5
|
4
|
Kesadaran dalam
menjalankan aturan
|
16,
17, 19, 20
|
18
|
5
|
Jumlah
|
15
|
5
|
20
|
b. Penskoran
Pernyataan
|
Selalu
|
Sering
|
Kadang-Kadang
|
Jarang
|
Tidak
Pernah
|
Positif
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Negatif
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
D. INSTRUMEN
KUESIONER DISIPLIN BELAJAR SISWA
Nama :
Kelas :
Petunjuk :
Berikut ini
terdapat beberapa pertanyaan untuk untuk mengetahui kedisiplinan belajar siswa.
Anda diminta untuk memilih salah satu pernyataan yang sesuai dengan apa yang
biasa Anda lakukan.
Cara
pengisiannya dengan memberikan tanda (X) pada salah satu jawaban yang telah
disediakan. Kuesioner ini bukan merupakan tes. Jawaban Anda tidak mempengaruhi
nilai pelajaran Anda dan jawaban Anda terjamin kerahasiannya. Terima kasih atas
perhatian dan kerjasamanya.
1. Saya
datang masuk sekolah tepat waktu
a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d.
Jarang e. Tidak Pernah
2. Saya
pulang sekolah sebelum waktunya
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
3. Saya
terlambat masuk kelas setelah istirahat
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
4. Saya
mengerjalan tugas tugas yang di berikan guru tepat waktu
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
5. Saya
mengerjakan soal soal latihan yang diperintahkan guru
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
6. Saya
mengerjakan tugas tugas dengan sungguh dan teliti
a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d.
Jarang e. Tidak Pernah
7. Saya
senang mengerjakan tugas-tugas meskipun rumit
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
8. Saya
menyelesaikan tugas dengan baik dan tanggung jawab
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
9. Saya
bersikap sportif dalam mengerjakan tugas dari guru
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
10. Saya
tidak memperhatikan penjelasan guru di kelas dengan seksama
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
11. Selama
belajar dikelas saya tidak menggangu teman lainnya
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
12. Saya
mengikuti pembelajaran di kelas hingga selesai waktunya
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
13. Ketika
belajar dikelas saya sering bolak balik ke luar kelas
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
14. Saya
bertanya kepada guru jika belum memahami materi yang disampaikan
a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d.
Jarang e. Tidak Pernah
15. Saya
bertanggung jawab atas peralatan sekolah yang saya pinjam
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
16. Saya
mentaati aturan dengan penuh kesadaran
a. Selalu b. Sering c. Kadang-Kadang d.
Jarang e. Tidak Pernah
17. Saya
merawat peralatan belajar sekolah secara tertib
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
18. Saya
membawa tidak perangkat belajar yang diperlukan setiap hari
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
19. Saya
turut mengingatkan kawan yang sering melanggar aturan sekolah
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
20. Saya
menerima konsekuensi atas perilaku yang saya kerjakan di sekolah
a. Selalu b.
Sering c. Kadang-Kadang d. Jarang e.
Tidak Pernah
CONTOH
KUESIONER TERTUTUP
LAMPIRAN 3
CONTOH
KUESIONER TERBUKA
CONTOH
KUESIONER GABUNGAN
ANGKET
PENDAPAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN
MENARA BILBUL
- Pendahuluan
Tujuan
penyampaian angket ini adalah untuk mendapatkan gambaran data atau informasi
tentang pelajaran operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan Menara
Bilbul di sekolah anda. Informasi yang diberikan sangat berguna bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya untuk meningkatkan proses pembelajaran
matematika. Jadi angket ini bukanlah ujian atau tes. Anda diminta mengemukakan
pendapat anda dengan jujur mengenai situasi pembelajaran matematika di sekolah
anda. Informasi yang anda berikan tidak mempengaruhi nilai matematika anda.
- Petunjuk
Mengerjakan Angket
Pernyatan
di bawah ini menggambarkan keadaan sekolah anda terutama selama proses
pembelajaran operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan Menara Bilbul.
Dalam menjawab setiap butir pernyataan berilah anda (V) seperti contoh di bawah
ini.
Pilihlah
:
SS :
Berarti anda sangat setuju dengan pernyataan angket tersebut.
S :
Berarti anda setuju dengan pernyataan angket tersebut.
RR : Berarti anda ragu-ragu dengan
pernyataan angket tersebut.
TS :
Berarti anda tidak setuju dengan
pernyataan angket tersebut.
STS : Berarti anda sangat tidak setuju
dengan pernyataan angket
tersebut.
Berilah
tanda V pada salah satu skala penilaian yang sesuai dengan pendapat anda.
No
|
Pernyataan
|
Skala Penilaian
|
Pendapat Siswa
|
||||
SS
|
S
|
RR
|
TS
|
STS
|
|||
1
|
Dengan menggunakan
alat peraga Menara Bilbul saya lebih bersemangat dalam belajar operasi hitung
bilangan bulat
|
||||||
2
|
Saya senang
terhadap pembelajaran materi operasi hitung bilangan bulat dengan bantuan
alat peraga Menara Bilbul.
|
||||||
3
|
Saya lebih menyukai
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga Menara Bilbul dari pada
pembelajaran seperti biasa
|
||||||
4
|
Saya merasa rugi
bila bolos atau tidak memperhatikan ketika guru menerangkan, karena saya
tidak bisa memahami materi pelajaran berikutnya
|
||||||
5
|
Saya sangat
tertarik terhadap pembelajaran operasi hitung bilangan bulat dengan
menggunakan alat peraga Menara Bilbul
|
||||||
No
|
Pernyataan
|
Skala Penilaian
|
Pendapat Siswa
|
||||
SS
|
S
|
RR
|
TS
|
STS
|
|||
6
|
Pembelajaran
menggunakan alat peraga Menara Bilbul mendorong saya untuk selalu mencoba dan
bertanya tentang soal yang belum bisa saya selesaikan
|
||||||
7
|
Pembelajaran dengan
alat peraga Menara Bilbul mendorong saya untuk lebih berkreasi dan berinovasi
|
||||||
8
|
Dalam pembelajaran
ini (yaitu pembelajaran operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan Menara
Bilbul) saya menjadi aktif dan selalu ingin ikut berpartisipasi
|
||||||
9
|
Saya merasa
tugas-tugas yang diberikan guru matematika dapat diselesaikan dengan mudah
|
||||||
10
|
Alat peraga Menara
Bilbul ini membantu pemahaman konsep operasi hitung bilangan bulat
|
LAMPIRAN 5
CONTOH UJI
VALIDITAS PARA AHLI
0 komentar:
Posting Komentar