Senin, 08 Januari 2018

KUESIONER/ANGKET



KUESIONER/ANGKET

File makalah, dwonload disini
File contoh angket kreativitas siswa dan kisi-kisinya, dwonload disini

Kuesioner atau sering disebut dengan angket dimaksud untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum, program pembelajaran dan penelitian. Misalnya data yang berkenaan, dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik, cara belajar, fasilitas belajar, bimbingan belajar, motivasi dan minat belajar, sikap belajar, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran, dan sikap mereka terhadap guru. Berikut contoh makalah dalam kuisioner/angket:

BAB I
PENDAHULUAN



A.  LATAR BELAKANG
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan, tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Kegunaan evaluasi dalam proses pendidikan adalah untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan, juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program pengajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki.
Salah satu cara yang digunakan dalam evaluasi diantaranya dengan menggunakan teknik pengumpulan data tes, melalui tes kita dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang telah diberikan. Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut. Instrumen evaluasi hasil belajar dapat berwujud tes maupun non-test. Salah satu teknik non tes pengumpulan data adalah kuesioner atau sering disebut juga dengan angket.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada siswa atau yang sering disebut sebagai responden dalam kuesioner untuk dijawabnya. Tujuan dari penggunaan teknik ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai fakta, pendapat, atau sikap dari responden. Pengisian angket tersebut dapat dilakukan di bawah pengawasan guru atau melalui jasa orang lain. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila guru tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Sehingga guru hendaknya memiliki gambaran yang jelas mengenai indikator yang akan dinilai, tujuan penilaian, serta sasaran dan sifat data yang diperlukan, membuat instrumen dan cara pengolahan instrumen kuesioner tersebut.
Instrumen penilaian merupakan bagian yang sangat integral dan termasuk dalam komponen penilaian karena instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa untuk diolah dan dianalisis dalam suatu penilaian. Suatu instrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan reliabilitas yang baik. Untuk memperoleh instrumen yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung validitas dan realibilitasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
Data yang diperoleh dari instrumen non tes seperti kuesioner umumnya berupa data kualitatif yang diolah dengan cara dikuantifikasi dan dianalisis secara deskriptif. Data yang berasal dari instumen kuesioner ini biasanya digunakan untuk memberi informasi tambahan/pendukung mengenai aspek afektif yang mungkin tidak didapatkan dari hasil pengukuran melalui instrumen tes. Proses kuantifikasi dilakukan melalui teknik tertentu yang bergantung pada indikator dan tujuan dari penilaian.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1.    Apakah pengertian dari kuesioner?
2.    Apakah fungsi dan tujuan kuesioner?
3.    Apa saja kelebihan dan kelemahan kuesioner?
4.    Apa saja jenis-jenis kuesioner?
5.    Bagaimana cara merancang instrumen kuesioner?
6.    Bagaimana tahapan menyusun instrumen kuesioner?
7.    Apa saja skala pengukuran kuesioner?
8.    Bagaimana cara pengolahan uji coba instrumen kuesioner?
9.    Bagaimana teknik pengolahan dan analisis data dari instrumen kuesioner?

C.  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.        Mengetahu pengertian dari kuesioner.
2.        Mengetahui fungsi dan tujuan kuesioner.
3.        Mengetahui kelebihan dan kelemahan kuesioner.
4.        Mengetahui jenis-jenis kuesioner.
5.        Mendeskripsikan cara merancang instrumen kuesioner.
6.        Mendeskripsikan tahapan menyusun instrumen kuesioner.
7.        Mengetahui skala pengukuran kuesioner.
8.        Mendeskripsikan cara pengolahan uji coba instrumen kuesioner.
9.        Mendeskripsikan teknik pengolahan dan analisis data dari instrumen kuesioner.

D.  Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas, maka manfaat penulisan makalah ini adalah:
1.    Menambah wawasan tentang konsep atau teori yang membantu perkembangan teknik penyusunan instrumen kuesioner.
2.    Memberikan masukan yang berarti bagi guru dalam meningkatkan teknik penyusunan instrumen kuesioner.
3.    Penulis dan pembaca lebih memahami mengenai bagaimana tehnik penyusunan instrumen kueisoner dan macam macam tehnik penyusunan instrumen kuesioner.




  
BAB II
PEMBAHASAN


A.  Pengertian Kuesioner
Kuesioner atau sering disebut dengan angket dimaksud untuk memperoleh data sebagai bahan dalam menyusun kurikulum, program pembelajaran dan penelitian. Misalnya data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para peserta didik, cara belajar, fasilitas belajar, bimbingan belajar, motivasi dan minat belajar, sikap belajar, sikap terhadap mata pelajaran tertentu, pandangan siswa terhadap proses pembelajaran, dan sikap mereka terhadap guru. Kuesioner ini sering digunakan untuk menilai hasil belajar siswa dalam ranah afektif. Kuesioner  adalah suatu teknik pengumpulan data yang sangat fleksibel dan relatif mudah digunakan, serta mudah untuk mendapatkan responden dalam jumlah yang besar. Kuesioner yang didesain dengan baik dapat mengumpulkan informasi sesuai dengan hasil yang diinginkan oleh guru.
Ada beberapa pengertian kuesioner yang diungkapkan oleh para ahli. Menurut Suharsimi Arikunto (2012:42) kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2016:142). Menurut Karunia Eka L & Mokhammad Ridwan, Y (2017:237) kuesioner adalah instumen non tes yang berupa daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang menjadi subjek dalam penelitian (responden).
Dengan demikian kuesioner adalah daftar pertanyaan yang disiapkan oleh guru dimana tiap pertanyaannya berkaitan dengan masalah yang akan dinilai. Kuesioner tersebut pada akhirnya diberikan kepada responden untuk dimintakan jawaban secara tertulis. Dalam penelitian teknik ini cocok digunakan jika banyaknya responden/sampel penelitian cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Teknik pengumpulannya dapat dilakukan secara langsung oleh peneliti atau dikirimkan melalui pos, internet, dan media lainnya. Bila penelitian dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga kuesioner dapat diantarkan langsung dalam waktu tidak terlalu lama, maka pengiriman kuesioner kepada responden tidak perlu melalui pos. Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat.

B.  Fungsi dan Tujuan Kuesioner
a.       Kuesioner berfungsi untuk :
1.      Penilaian hasil belajar siswa non tes dalam ranah afektif.
2.      Mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka penyusunan kurikulum dan program.
3.      Menjamin validitas informasi.
4.      Mengambil sampling sikap atau pendapat dari siswa/responden.
5.      Evaluasi program BK (Bimbingan dan Konseling).
b.      Tujuan kuesioner adalah:
1.    Memperoleh data mengenai aspek afektf siswa, seperti respon, pendapat, sikap atau minat siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, motivasi belajar, kemandirian belajar dan afektif-afektif lainnya.
2.    Untuk memperoleh data mengenai hasil belajar yang dicapainya dan proses belajar yang ditempuhnya.
3.    Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Kuesioner sebagai alat evaluasi sangat berguna untuk mengungkap latar belakang orang tua peserta didik maupun peserta didik itu sendiri, di mana data yang berhasil diperoleh melalui kuesioner itu pada suatu saat akan diperlukan, terutama apabila terjadi kasus-kasus tertentu yang menyangkut diri peserta didik terutama dalam keperluan bimbingan konseling (BK).

C.  Kelebihan dan Kelemahan Kuesioner.
Kelebihan kuesioner antara lain:
1.    Kuesioner merupakan teknik yang praktis karena dapat dipergunakan untuk pengumpulan  data kepada sejumlah responden dalam jumlah yang banyak dan dalam  waktu yang singkat.
2.    Merupakan metode yang ekonomis, dari segi tenaga yang dibutuhkan,  antara lain tidak memerlukan kehadiran konselor.
3.    Setiap responden menerima sejumlah pertanyaan yang sama.
4.    Pada kuesioner tertutup, memudahkan tabulasi hasil bagi konselor
5.    Pada kuesioner terbuka, responden mempunyai kebebasan untuk memberikan  keterangan.
6.    Responden memiliki waktu cukup untuk menjawab pertanyaan
7.    Pengaruh subjektif dapat dihindarkan.
8.    Pengisian kuesioner dapat dibuat anonim, sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab.
Kelemahan kuesioner antara lain:
1.    Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan  yang terlewati (tidak dijawab), padahal sukar diulangin untuk diberikan  kembali pada responden.
2.    Sulit mendapat jaminan bahwa responden akan memberikan jawaban yang  tepat.
3.    Penggunaannya terbatas, hanya pada responden yang bisa membaca dan  menulis.
4.    Pertanyaan dan pernyataan dalam kuesioner dapat saja ditafsirkan salah oleh  responden.
5.    Sulit mendapat jaminan bahwa semua responden akan mengembalikan  kuesioner yang telah diberikan.

D.  Jenis-jenis Kuesioner.
Menurut Suharsimi Arikunto (2012:42) jenis kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
a.       Ditinjaui dari segi siapa yang menjawab, maka ada:
1.      Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi langsung oleh responden.
2.      Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi bukan dengan responden. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya.
b.      Ditinjau dari segi cara menjawab, maka ada:
1.      Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
Keuntungan pertanyaan dengan jawaban tertutup yaitu:
1)   Jawaban-jawaban bersifat standar dan bisa dibandingkan dengan jawaban orang lain.
2)   Jawaban-jawabannya jauh lebih mudah dikoding dan dianalisis, bahkan sering secara langsung dapat dikoding dari pertanyaan yang ada, sehingga hal ini dapat menghemat tenaga dan waktu.
3)   Responden lebih merasa yakin akan jawaban-jawabannya, terutama bagi mereka yang sebelumnya tidak yakin.
4)   Jawaban-jawaban relatif lebih lengkap karena sudah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti.
5)   Analisis dan formulasinya lebih mudah jika dibandingkan dengan model kuesioner dengan jawaban terbuka.
Kelemahan pertanyaan dengan jawaban tertutup yaitu;
1)   Sangat mudah bagi responden untuk menebak setiap jawaban, meskipun sebetulnya mereka tidak memahami masalahnya.
2)   Responden merasa frustrasi dengan sediaan jawaban yang tidak satu pun yang sesuai dengan keinginannya.
3)   Sering terjadi jawaban-jawaban yang terlalu banyak sehingga membingungkan responden untuk memilihnya.
4)   Tidak bisa mendeteksi adanya perbedaan pendapat antara responden dengan eneliti karena responden hanya disuruh memilih alternatif jawaban yang tersedia.
2.      Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga responden bebas mengumukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila jenis jawaban akan beraneka ragam. Misalnya, keterangan alamat, responden, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.
Keuntungan pertanyaan dengan jawaban terbuka yaitu:
1)   Dapat digunakan manakala semua alternatif jawaban tidak diketahui oleh peneliti, atau manakala peneliti ingin melihat bagaimana dan mengapa jawaban responden serta alasan-alasannya. Hal ini sangat baik untuk menambah pengetahuan peneliti akan masalah yang diutarakannya.
2)   Membolehkan responden untuk menjawab sedetil atau serinci mungkin atas apa yang ditanyakan peneliti. Dalam hal ini pendapat responden dapat diketahui dengan baik oleh peneliti.
Kelemahan pertanyaan dengan jawaban terbuka yaitu:
1)   Terlalu banyak variasi jawaban dari responden, sehingga akan menyulitkan peneliti dalam melakukan pengolahan atau analisis data.
3.      Kuesioner Gabungan (Kuesioner tertutup dan terbuka), untuk menjembatani kekurangan-kekurangan seperti tadi, maka sering digunakan pertanyaan model gabungan antara keduanya. Dengan model tertutup dan terbuka, semua kekurangan seperti tadi bisa diatasi. Misalnya dalam satu pertanyaan, disamping disediakan alternatif jawaban oleh peneliti, juga perlu disediakan alternatif terbuka (c. ……………) untuk diisi sendiri oleh responden sesuai dengan pendapatnya secara bebas.
Dalam mengolah data untuk model terakhir ini, bisa dilakukan pengelompokan ulang atas semua jawaban responden pada alternatif terbuka tadi atau bisa juga peneliti melihat ulang apakah jawaban responden yang terakhir itu sebenarnya sudah termasuk ke dalam salah satu alternatif jawaban yang tersedia. Dan jika ternyata jawabannya sama dengan salah satu alternatif jawaban yang tersedia namun dalam bahasa yang berbeda, peneliti bisa menganggapnya sebagai jawaban seperti pada alternatif yang tersedia tadi.

E.   Merancang Instumen Kuesioner.
Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penilaian. Instrumen atau alat penilaian adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien (Suharsimi Arikunto, 2012:40-51). Dalam bidang pendidikan, instrumen penilaian digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, kemampuan kompetensi tertentu, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar siswa, atau keberhasilan pencapaian program tertentu. Salah satu bentuk instrumen adalah instrumen non tes. Menurut Asroi dan Syarif Hidayat (2016:2) instrumen non tes adalah alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sikap, perilaku dan kegiatan responden sesuai dengan aspek yang diukur, salah satunya adalah instrumen kuesioner.
Merancang yaitu mendesain kuesioner yaitu suatu cara untuk membuat atau menyusun suatu kuesioner yang baik yang dapat mengumpulkan informasi sesuai dengan tujuan penilaian. Untuk menyusun kuesioner yang baik, guru perlu melakukan semacam prasurvei terlebih dahulu ke lapangan guna memperoleh gambaran umum mengenai data apa saja yang mungkin diperlukan dan dikumpulkan dalam penelitian dan perlu dimasukkan dalam pertanyaan kuesioner. Hal ini penting untuk dilakukan dikarenakan suatu kuesioner yang baik harus mencakup secara komprehensif semua data yang perlu akan tetapi cukup singkat sehingga dapat menghindari pemborosan yang disebabkan terkumpulnya data yang tidak relevan.
Setelah gambaran umum mengenai data yang hendak dikumpulkan dan mengenai keadaan lapangan diperoleh, penyusun kuesioner perlu pula mempertimbangkan hal-hal lain seperti karakteristik calon responden (usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan karakteristik lain), format yang akan digunakan (pertanyaan tertutup atau pertanyaan terbuka dan sebagainya), cara koding data yang dikumpulkan dan cara tabulasinya (manual atau dengan komputer), cara analisis data yang nanti akan dilakukan dan lain-lain.
Uma Sekaran mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan kuesioner sebagai teknik pengumpulan data yaitu: prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan kuesioner (Sugiyono,2106:142) antara lain:
a.       Prinsip penulisan kuesioner.
Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu:
1.      Isi dan tujuan
Yang dimaksud disini adalah, apakah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.
2.      Bahasa yang digunakan.
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kuesioner harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat berbahasa Indonesia, maka kuesioner jangan disusun dengan bahasa Indonesia. Jadi bahasa yang digunakan dalam angket harus memperhatikan jenjang pendidikan responden, keadaan sosial budaya, dan “frame of reference” dari responden.
3.      Tipe dan bentuk pertanyaan.
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka dan tertutup dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
4.      Pertanyaan tidak mendua.
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double barreled) sehingga menyulitkan responden untuk memberikan jawaban.
Contoh:
Bagaimana pendapat anda tentang kualitas dan kecepatan pelayanan KTP?
Ini adalah pertanyaan yang mendua, karena menanyakan tentang dua hal sekaligus, yaitu kualitas dan kecepatan. Sebaiknya pertanyaan tersebut dijadikan menjadi dua yaitu: bagaimanakah kualitas pelayanan KTP? Bagaimanakah kecepatan pelayanan?
5.      Tidak menanyakan yang sudah lupa.
Setiap pertanyaan dalam instrumen kuesioner, sebaiknya juga tidak menanyakan hal-hal yang sekirannya reponden sudah lupa, atau pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat.
Contoh:
Bagaimanakah kinerja para penguasa Indonesia 30 tahun yang lalu? Menurut anda, bagaimanakah cara mengatasi krisis ekonomi saat ini? (kecuali penelitian yang mengharapkan pendapat para ahli). Kalau misalnya umur responden baru 25 tahun, dan pendidikannnya rendah, maka akan sulit memberikan jawaban.
6.      Pertanyaan tidak menggiring.
Pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya tidak menggiring ke jawaban yang baik saja atau ke yang jelek saja. Misalnya: bagaimanakah kalau bonus atau jasa pelayanan ditingkatkan? Jawaban responden tentu cenderung akan setuju. Bagaimanakah prestasi kerja anda selama setahun terakhir? Jawabannya akan cenderung baik.
7.      Panjang pertanyaan.
Pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banyak, sehingga memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen tersebut dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang digunakan, dan cara mengisinya. Disarankan empirik jumlah pertanyaan yang memadai antara 20 s/d 30 pertanyaan.
8.      Urutan pertanyaan.
Urutan pernyataan dalam kuesioner, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak. Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan mempengaruhi semangat responden untuk menjawab. Kalau pada awalnya sudah diberi pertanyaan sulit, atau yang spesifik, maka responden akan patah semangat untuk mengisi kuesioner yang telah mereka terima. Urutan pertanyaan yang diacak perlu dibuat bila tingkat kematangan responden terhadap masalah yang ditanyakan sudah tinggi.
b.      Prinsip pengukuran.
Kuesioner yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen penilaian, yang digunakan untuk mengukur indikator yang akan dinilai. Oleh karena itu instrumen kuesioner tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel, maka sebelum instrumen kuesioner tersebut diberikan kepada responden, maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Instrumen yang tidak valid dan relibel bila digunakan untuk mengumpulkan data, akan menghasilkan data yang tidak valid dan relibel pula.
c.       Prinsip penampilan fisik.
Penampilan fisik kuesioner sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi respon atau keseriusan responden mengisi kuesioner. Kuesioner yang dibuat di kertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan kuesioner yang dicetak dalam kertas yang bagus dan berwarna. Tetapi kuesioner yang dicetak di kertas yang bagus dan berwarna akan menjadi mahal.

F.   Tahapan Menyusun Instrumen Kuesioner.
Tahapan menyusun instrumen dilakukan secara berurutan sehingga instrumen sesuai dengan landasan teori yang dibuat. (Asroi dan Syarif Hidayat, 2016:3). Tahapan tersebut adalah:
 a.    Menentukan Kompetensi dan Tujuan Instrumen
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler. Pada mata pelajaran matematika rumusan kompetensi sikap spiritual yaitu, “Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut. Kuesioner merupakan penilaian sikap maka penilaiannya merupakan penilaian non tes.
b.    Menyusun landasan teori dan sintesis teori.
         Menyusun landasan teori berarti mengkaji teori-teori yang sesuai dengan variabel penelitian kemudian menghubungkan teori satu dengan teori lainnya. Dalam membuat landasan teori, peneliti harus membuatnya secara sistematis sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Pembuatan landasan terori diakhiri dengan membuat sintesis teori yaitu berupa rangkuman penulis mengkaji landasan teori yang telah disusun. Sintesis teori disusun menggunakan bahasa penulis sendiri tidak terlepas dari substansi teori yang disusunnya. Sintesis teori ini merupakan dasar dalam menyusun kisi-kisi instrumen penelitian, banyak sedikitnya jumlah kisi-kisi sangat erat kaitannya dengan seberapa teori itu dibahas.
c.    Menyusun kisi-kisi.
Kisi-kisi instrumen merupakan bagian dalam tahapan menyusun instrumen penelitian yang baik dan benar. Kisi-kisi adalah matrik pedoman yang memberikan informasi tentang aspek-aspek atau indikator untuk diturunkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan instrumen penilaian. Kisi-kisi tidak dapat muncul tanpa melalui kajian teori yang telah disintesiskan atau dirangkum. Dengan demikian, jika ada kisi-kisi yang tidak diturunkan dari teori maka dapat dipastikan kisi-kisi tersebut tidak mencerminkan indikator-indikator variabel yang akan diukur, kalaupun ada kesuaian, itu karena faktor kebetulan yang memiliki kemungkinan penyimpangan dan tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Untuk indikator yang teorrinya sangat besar atau luas cakupannya, pembuatan                  kisi-kisi instrumen dapat dilakukan dengan memilahnya ke dalam aspek-aspek tertentu, kemudian diturunkan ke dalam indikator setiap aspek, nomor butir, dan jumlah butir pada setiap indikator, seperti contoh sebagai berikut:
No
Aspek
Indikator
Nomor Butir
Jml Butir
1
Aspek 1
Indikator 1
Indikator  2, dst
1, 2, 3
4, 5, 6, 7, dst
3
4
2
Aspek 2
Indikator 1
Indikator  2, dst
8, 9
10, 11, 12, 13, dst
2
3
Aspek 3
Indikator 1
Indikator  2, dst
dst
dst
5
Total Jumlah Butir
30

Untuk variabel yang teorinya tidak terlalu besar cakupannya, kisi-kisinya dapat langsung dibuat dalam indikator-indikator, seperti contoh di bawah ini:
No
Indikator
Nomor Butir
Jml Butir
1
Indikator 1
1, 2, 3
3
2
Indikator 2
4, 5, 6, 7
4
3
Indikator 3
 8, 9, 10, 11, dst
6
Jumlah
25

d.   Membuat daftar pertanyaan/pernyataan instrumen.
       Tahapan terakhir adalah menyusun instrumen kuesioner berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun berrdasarkan teori yang dibangun. Daftar pertanyaan atau pernyataan instrumen dapat dibuat dalam bentuk tabel ataupun tidak tergantung pada guru. Perlu kehati-hatian kita dalam menyusun daftar pernyataan atau pertanyaan instrumen agar apa yang kita tanyakan benar-benar mengukur apa yang dikehendaki sesuai landasan teori.
Bagian tampilan kuesioner ada 2 bagian pokok yaitu :
a.    Bagian Pengantar, yang terdiri atas penjelasan, tujuan kuesioner, identitas peneliti.
Tujuan kuesioner dibuat untuk menjelaskan pada responden mengenai tujuan pemberian kuesioner atau tujuan penelitian, data apa yang diharapkan, manfaat apa yang dapat diperoleh masyarakat dari hasil penelitian, kewenangan peneliti, dan kerahasiaan jawaban responden.
b.    Bagian Isi, yang terdiri atas identitas umum responden dan pertanyaan-pertanyaan utama.
Identitas umum responden harus memuat hanya data mengenai responden yang benar-benar diperlukan saja. Sedapat mungkin jangan menanyakan hal-hal yang sensitif apabila tidak benar-benar merupakan bagian dari data yang perlu dikumpulkan. Misalnya pertanyaan mengenai agama atau status perkawinan yang kalau tidak memang perlu sebaiknya tidak ditanyakan.
Diluar identitas umum responden, adalah inti dari kuesioner itu sendiri yang berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai data pokok yang diperlukan penelitian, yang kerangkanya telah lebih dahulu dibuat berdasarkan tujuan penelitian dan prasurvei sebelumnya.

G. Skala Pengukuran Kuesioner
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada di dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Berbagai skala yang biasa digunakan dalam pengukuran kuesioner adalah:
1.    Skala Likert
Skala ini disusun dalam bentuk pernyataan dan diikuti oleh lima respons yang menunjukan tingkatan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata, misalnya:
a.    Sangat setuju
b.    Setuju
c.    Ragu-ragu
d.   Tidak setuju
e.    Sangat tidak setuju
          Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya:
a.       Setuju/selalu/sangat positif diberi skor                   5
b.      Setuju/sering/positif diberi skor                             4
c.       Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor         3
d.      Tidak setuju/hampir tidak pernah diberi skor         2
e.       Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor          1
Instrumen yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda.

2.        Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”;  “benar-salah”; pernah-tidak pernah”; “positif-negatif”, dan lain-lain. Data yang diperoleh berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Contoh:
Bagaimana pendapat anda, jika hari sabtu menjadi hari libur sekolah?
a.       Setuju
b.      Tidak setuju
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misalkan untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor nol. Analisa dilakukan seperti pada skala Likert.

3.        Semantic Defferensial.
Skala pengukuran yang berbentuk semantic dikembangkan oleh Osgood. Skala ini tidak berbentuk pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatifnya” terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karaterisitk tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

Beri nilai gaya kepimpinan kepala sekolah anda
Contoh:


       Bersahabat                 5          4          3          2          1          Tidak bersahabat
       Tetapi janji                 5          4          3          2          1          Lupa janji
Bersaudara                 5          4          3          2          1          Memusuhi
Memberi pujian         5          4          3          2          1          Mencela
Mempercayai             5          4          3          2          1          Mendominasi
Responden dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif sampai dengan yang negatif. Hal ini tergantung pada resepsi responden kepada yang dinilai.
4.        Ratting Scale
Dari tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa angka, kemudian  ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju merupakan data kualitatif. Dalam skala model ratting scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
Contoh:
Seberapa baik tata ruang kantor yang ada di sekolah A?
Berilah jawaban dengan angka:
4 bila tata ruang itu sangat baik
3 bila tata ruang cukup baik
2 bila tata ruang itu kurang baik
1 bila tata ruang itu sangat tidak baik
            Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

No item
Pertanyaan tentang tata ruang kantor
Interval Jawaban
1
Kebersihan ruangan
4       3       2       1
2
Sirkulasi udara ruangan
4       3       2       1
dst
dst
4       3       2       1

H.  Uji Coba Instrumen Kuesioner
Kualitas instrumen penilaian mempengaruhi kualitas hasil penilaian. Oleh karean itu untuk mendapatkan hasil penilaian yang baik, diperlukan kualitas instrumen yang baik pula. Agar instrumen yang telah disusun terjamin kualitasnya, maka instrumen tersebut perlu diujicobakan terlebih dahulu sebelum akhirnya digunakan. Menurut Sugiyono (2016:122) instrumen yang baik, (yang berupa tes maupun non tes) harus valid dan reliabil. Uji coba dilakukan pada subjek yang menjadi bagian dari anggota populasi atau sekurang-kurangnya setingkat lebih dari subjek yang dijadikan responden atau pada subjek yang pernah mendapatkan/mengetahui materi/teori yang akan dinilai.
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan uji coba adalah :
a.    Pertanyaan yang di anggap tidak relevan dapat dihilangkan.
b.    Dapat diketahui apakah setiap pertanyaan atau pernyataan bisa dimengerti  dengan  baik oleh reponden.
c.    Apakah pertanyaan atau pernyataan perlu diubah.
d.   Bisa diketahui reaksi reponden terhaadap pertanyaan atau pernyataan sensitif,  sehingga perlu diubah atau tidak.
e.    Dapat diketahui berapa lama pengisisan kuesioner oleh responden.
Untuk pengujian instrumen kita dapat melakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
1.    Uji Validitas
     Menurut Anderson (Karunia Eka,l & M.Ridwan, Y, 2017:190) sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain, validitas suatu instrumen merupakan tingkat ketepatan suatu instrumen untuk mengukur sesuatu yang diukur. Sedangkan Menurut Sugiyono (2011:170) bahwa instrumen penelitian perlu dilakukan uji validitas. Untuk instrumen non tes seperti kuesioner yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas kontruksi (construct validity), artinya bahwa instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan berdasarkan teori yang dibangun. Untuk validitas kontruksi, dapat digunakan pendapat dari para ahli (judgment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikontruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Selain dengan validitas kontruksi, untuk menguji validitas pada instrumen non tes juga dapat digunakan atau dilanjutkan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson. Untuk menguji validitas atau ketepatan setiap butir pernyataan (item) dalam mengukur konstruksi variabel, ditentukan dengan mengetahui korelasi dari setiap jumlah skor butir dengan total skor. Untuk mengetahui besar koefisien korelasi tersebut ditentukan dengnan korelasi product moment, sebagai berikut:

Untuk mengetahui koefisien korelasi hitung (rht) setiap butir instrumen, dapat pula dihitung dengan bantuan komputer melalui program microsoft excel. Formula rxy tersebut di atas direkonstruksi ke dalam sel-sel pada lembar kerja excel, sehingga dihasilkan koefisien korelasi hitung atau rht. Program lain yang dpat digunakan untuk menghitung validitas butir ini adalah SPSS ( Statistic Program For Social Science).
2.    Uji Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan atau kekonsistenan instrumen tersebut bila diberikan pada subjek yang sama meskipun oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, atau tempat yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama (tidak berbeda secara signifikan). Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas instrumen tes tipe subjektif atau instrumen non tes adalah rumus Alpha Cronbach, yaitu:

Data yang dihasilkan dari instrumen non tes seperti kuesioner merupakan data yang memiliki skala ordinal. Oleh karena itu, sebelum menggunakan Alpha Cronbach, hendaknya membuat daftar peringkat (rank) dari data tersebut. Program lain yang dapat digunakan untuk menghitung reliabilitas ini juga bisa menggunakan SPSS ( Statistic Program For Social Science).

I.     Teknik Pengolahan dan Analisis Data Dari Kuesioner
Analisis data kuesioner dapat dilakukan dengan cara menentukan persentase jawaban responden/siswa untuk masing-masing item  pertanyaan/pernyataan dalam kuisioner yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif atau dengan cara mentransformasikan data ke dalam skala sikap, seperti skala Likert, Thurstone dan Guttman yang kemudian dianalisis secara kuantitatif.
Penentuan persentase jawaban sisiwa untuk masing-masing item pernyataan/pertanyaan dalam kuesioner, digunakan rumus berikut:








Persentase yang diperoleh pada masing-masing item pernyataan/pertanyaan kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria berikut:
Tabel
Kriteria Penafsiran Persentase Jawaban Kuesioner

Kriteria
Penafsiran
P = 0 %
Tak seorangpun
0 % P  25 %
Sebagian kecil
25 %  P  50 %
Hampir setengahnya
P = 50 %
Setengahnya
50 % P  75 %
Sebagian besar
75 %  P  100 %
Hampir seluruhnya
P = 100 %
Seluruhnya

Contoh:
Suatu penelitian untuk mengetahui kemandirian belajar matematika siswa. Untuk itu, peneliti memberikan kuisioner kepada 100 orang siswa. Kuesioner yang diberikan berupa kuesioner tertutup yang terdiri dari lima pilihan jawaban, yaitu sangat sering (SS), sering (S), kadang (K), jarang (J), jarang sekali (JS). Pengolahan data analisis data kuesioner dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
1.      Membuat tabulasi data dan menentukan persentase jawaban siswa.
No
Pertanyaan
SS
S
K
J
JS
1
Saya belajar matematika atas keinginan sendiri
4
8
30
43
15
4 %
8 %
30 %
43 %
15 %
2
Saya berusaha mencari berbagai sumber untuk tugas saya
9
45
23
16
7
4 %
8 %
30 %
43 %
15 %
3
Saya belajar sesempatnya saja ketika ada tugas dari guru
17
26
23
20
14
17 %
26 %
23 %
20 %
14 %
4
Ketika mengalami kesulitan, saya menunggu batuan teman/guru
42
14
11
17
16
42 %
14 %
11 %
17 %
16 %
5
Bila guru berhalangan hadir, saya tetap mempelajari materi sendiri
4
8
30
43
15
4 %
8 %
30 %
43 %
15 %


2.      Menentukan persentase rata-rata.
Item Pernyataan
SS
S
K
J
JS
Persentase Rata-Rata per item
1
4
8
30
43
15
30, 54 %

4 %
8 %
30 %
43 %
15 %
2
9
45
23
16
7
29, 40 %
4 %
8 %
30 %
43 %
15 %
3
17
26
23
20
14
20, 90 %
17 %
26 %
23 %
20 %
14 %
4
42
14
11
17
16
26, 26 %
42 %
14 %
11 %
17 %
16 %
5
4
8
30
43
15
24, 18 %
4 %
8 %
30 %
43 %
15 %
Persentase Rata-Rata Secara Keseluruhan
26, 26 %



3.      Melakukan analisis secara deskriptif.
Analisis secara deskriptif dilakukan dengan menguraikan persentase jawaban siswa berdasarkan kriteria penafsiran persentase jawaban angket sebagai berikut:
·      Analisis per item pernyataan.
Berdasarkan jawaban siswa pada item pernyataan nomor 1 diperoleh hasil, bahwa sebagian kecil siswa menjawab sangat sering (4%), sering (8%), dan jarang sekali (15%) untuk belajar matematika atas keiinginan sendiri. Sementara itu, hampir setengahnya siswa menjawab kadang (30%) dan jarang (43%) terhadap pernyataan tersebut. Adapun persentase rata-rata jawaban siswa untuk item pernyataan nomor 1 sebesar 30, 54%. Hal ini menunjukan, bahwa hampir setengahnya siswa belajar matematika atas keinginan sendiri.
Analisis jawaban siswa untuk item pernyataan nomor 2, 3, 4 dan 5, dideskripsikan dengan cara yang sama seperti pada item pernyataan nomor 1.
·      Analisis keseluruhan.
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh persentase rata-rata jawaban siswa secara keseluruhan sebesar 26, 26%. Hal ini menunjukan, bahwa persentase rata-rata kemandirian belajar matematika siswa sebesar 26, 26 %. Artinya, hampir setengahnya siswa telah memiliki kemandirian dalam belajar matematika. Meskipun demikian, kemandirian belajar siswa masih perlu ditingkatkan.



BAB III
PENUTUP


A.  Simpulan
1.    Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data penilaian non tes yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada untuk dijawabnya oleh siswa/responden.
2.    Fungsi mendasar kuesioner dalam pendidikan adalah sebagai penilaian hasil belajar siswa non tes dalam ranah afektif, dengan tujuan memperoleh data mengenai aspek afektf siswa, seperti respon, pendapat, sikap atau minat siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, motivasi belajar, kemandirian belajar dan afektif-afektif lainnya.
3.    Kuesioner mempunyai kelebihan diantaranya penggunaan kuesioner merupakan teknik yang praktis karena dapat dipergunakan untuk pengumpulan data kepada sejumlah responden dalam jumlah yang banyak dan dalam  waktu yang singkat, dan kelemahannya seperti responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan  yang terlewati (tidak dijawab).
4.    Jenis-jenis kuesioner ditinjaui dari segi siapa yang menjawab yaitu kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Sedangkan jika ditinjau dari segi cara menjawab yaitu kuesioner tertutup, kuesioner terbuka dan kuesioner gabungan.
5.    Merancang yaitu mendesain kuesioner yaitu suatu cara untuk membuat atau menyusun suatu kuesioner yang baik. Untuk menyusun kuesioner yang baik, guru perlu melakukan semacam prasurvei, menyusun tahapannya dan melakukan uji coba sebelum kuesioner diberikan kepada siswa/responden.
6.    Tahapan dalam penyusunan instrumen kuesioner yang baik seperti menentukan KI, KD dan indikator instrumen, menyusun landasan teori dan sintesis teori, menyusun kisi-kisi dan membuat daftar pertanyaan/pernyataan instrumen.
7.    Skala sikap yang biasa digunakan dalam pengukuran kuesioner antara lain skala Likert, skala Guttman, Semantic Defferensial dan Ratting Scale.
8.    Instrumen kuesioner yang baik tentu harus memiliki validitas dan reliabilitas yang baik maka sebelum disebar kepada siswa/responden sebaiknya diujicobakan, dihitung validitas dan reliabilitasnya.

9.    Data yang diperoleh dari instrumen non tes seperti kuisioner umumnya berupa data kualitatif yang diolah dengan cara dikuantifikasi dan dianalisis secara deskriptif. Analisis data kuesioner dapat dilakukan dengan cara menentukan persentase jawaban responden/siswa untuk masing-masing item  pertanyaan/pernyataan dalam kuesioner yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

B.  Saran
Tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Seorang guru dalam melakukan tugas tentu harus mengetahui dan paham akan                   tugas-tugasnya, salah satunya adalah memberikan penilaian. Sejatinya penilaian merupakan suatu hal yang sangat penting, maka penyusun menyarankan agar dalam melakukan penilaian ini seorang guru dapat melaksanakannya sesuai peraturan-peraturan yang telah ditentukan.


DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta : Bumi Aksara.

Asroi & Hidayat Syarif. 2016. Memahami Variabel dan Instrumen Penelitian. Tangerang:Pustaka Mandiri.

Lestari, Karunia E & Mokhmamad Ridwan. Y. 2017. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung : Refika Aditama.

McMillan, James H & Sally Schumacher. 2001. Research In education A Conceptual Intoduction. New York: Longman.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

                .2016. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.



LAMPIRAN
    











LAMPIRAN 1

KISI-KISI DAN INSTRUMEN PENELITIAN

A.    KOMPETENSI DAN TUJUAN INSTRUMEN
Kompetensi sosial (KI 2) yang diharapkan adalah dapat menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya”.
Tujuan dari kuesioner ini adalah untuk mengetahui kedisiplinan belajar siswa saat pembelajaran di sekolah.

B.     DEFINISI KONSEPTUAL
Disiplin adalah sikap penuh kerelaan dan ketaatan (kepatuhan) kepada aturan, tata tertib atau norma dalam melaksanakan aktivitas belajar dengan indikator : ketaatan pada tata tertib/aturan, tanggung jawab, konsitensi dalam belajar, dan kesadaran dalam menjalankan aturan.

C.     KISI-KISI
a.       Indikator Butir Soal
No
Indikator
Kriteria Pernyataan
Jumlah
Positif
Negatif
1
Ketaatan pada tata tertib/peraturan
1, 4, 5
2, 3
5
2
Tanggungjawab
6, 7, 8, 9
10
5
3
Konsistensi dalam belajar
11, 12, 14, 15
13
5
4
Kesadaran dalam menjalankan aturan
16, 17, 19, 20
18
5
Jumlah
15
5
20

b.      Penskoran
Pernyataan
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Jarang
Tidak Pernah
Positif
5
4
3
2
1
Negatif
1
2
3
4
5


D.    INSTRUMEN

KUESIONER DISIPLIN BELAJAR SISWA
Nama       :
Kelas        :

Petunjuk  :
Berikut ini terdapat beberapa pertanyaan untuk untuk mengetahui kedisiplinan belajar siswa. Anda diminta untuk memilih salah satu pernyataan yang sesuai dengan apa yang biasa Anda lakukan.
Cara pengisiannya dengan memberikan tanda (X) pada salah satu jawaban yang telah disediakan. Kuesioner ini bukan merupakan tes. Jawaban Anda tidak mempengaruhi nilai pelajaran Anda dan jawaban Anda terjamin kerahasiannya. Terima kasih atas perhatian dan kerjasamanya.
1.      Saya datang masuk sekolah tepat waktu
a.  Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
2.      Saya pulang sekolah sebelum waktunya
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
3.      Saya terlambat masuk kelas setelah istirahat
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
4.      Saya mengerjalan tugas tugas yang di berikan guru tepat waktu
 a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
5.      Saya mengerjakan soal soal latihan yang diperintahkan guru
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
6.      Saya mengerjakan tugas tugas dengan sungguh dan teliti
a. Selalu           b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
7.      Saya senang mengerjakan tugas-tugas meskipun rumit
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
8.      Saya menyelesaikan tugas dengan baik dan tanggung jawab
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
9.      Saya bersikap sportif dalam mengerjakan tugas dari guru
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
10.  Saya tidak memperhatikan penjelasan guru di kelas dengan seksama
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah

11.  Selama belajar dikelas saya tidak menggangu teman lainnya
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
12.  Saya mengikuti pembelajaran di kelas hingga selesai waktunya
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
13.  Ketika belajar dikelas saya sering bolak balik ke luar kelas
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
14.  Saya bertanya kepada guru jika belum memahami materi yang disampaikan
 a. Selalu         b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
15.  Saya bertanggung jawab atas peralatan sekolah yang saya pinjam
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
16.  Saya mentaati aturan dengan penuh kesadaran
 a. Selalu         b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
17.  Saya merawat peralatan belajar sekolah secara tertib
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
18.  Saya membawa tidak perangkat belajar yang diperlukan setiap hari
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
19.  Saya turut mengingatkan kawan yang sering melanggar aturan sekolah
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah
20.  Saya menerima konsekuensi atas perilaku yang saya kerjakan di sekolah
a. Selalu          b. Sering          c. Kadang-Kadang      d. Jarang          e. Tidak Pernah


 LAMPIRAN 2
CONTOH KUESIONER TERTUTUP
   



LAMPIRAN 3
CONTOH KUESIONER TERBUKA
 

  

 LAMPIRAN 4
CONTOH KUESIONER GABUNGAN

ANGKET PENDAPAT  SISWA DALAM PEMBELAJARAN
 MENARA BILBUL


  1. Pendahuluan
Tujuan penyampaian angket ini adalah untuk mendapatkan gambaran data atau informasi tentang pelajaran operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan Menara Bilbul di sekolah anda. Informasi yang diberikan sangat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya untuk meningkatkan proses pembelajaran matematika. Jadi angket ini bukanlah ujian atau tes. Anda diminta mengemukakan pendapat anda dengan jujur mengenai situasi pembelajaran matematika di sekolah anda. Informasi yang anda berikan tidak mempengaruhi nilai matematika anda.

  1. Petunjuk Mengerjakan Angket
Pernyatan di bawah ini menggambarkan keadaan sekolah anda terutama selama proses pembelajaran operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan Menara Bilbul. Dalam menjawab setiap butir pernyataan berilah anda (V) seperti contoh di bawah ini.
Pilihlah :
SS        :    Berarti anda sangat setuju dengan pernyataan angket tersebut.
S          :    Berarti anda setuju dengan pernyataan angket tersebut.
RR       :     Berarti anda ragu-ragu dengan pernyataan angket tersebut.
TS        :    Berarti anda tidak setuju dengan pernyataan angket tersebut.
STS     :     Berarti anda sangat tidak setuju dengan pernyataan angket  
                  tersebut.


Berilah tanda V pada salah satu skala penilaian yang sesuai dengan pendapat anda.
No
Pernyataan
Skala Penilaian
Pendapat Siswa
SS
S
RR
TS
STS
1
Dengan menggunakan alat peraga Menara Bilbul saya lebih bersemangat dalam belajar operasi hitung
bilangan bulat






2
Saya senang terhadap pembelajaran materi operasi hitung bilangan bulat dengan bantuan alat peraga Menara Bilbul.






3
Saya lebih menyukai pembelajaran dengan menggunakan alat peraga Menara Bilbul dari pada pembelajaran seperti biasa






4
Saya merasa rugi bila bolos atau tidak memperhatikan ketika guru menerangkan, karena saya tidak bisa memahami materi pelajaran berikutnya






5
Saya sangat tertarik terhadap pembelajaran operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan alat peraga Menara Bilbul























No
Pernyataan
Skala Penilaian
Pendapat Siswa
SS
S
RR
TS
STS
6
Pembelajaran menggunakan alat peraga Menara Bilbul mendorong saya untuk selalu mencoba dan bertanya tentang soal yang belum bisa saya selesaikan






7
Pembelajaran dengan alat peraga Menara Bilbul mendorong saya untuk lebih berkreasi dan berinovasi






8
Dalam pembelajaran ini (yaitu pembelajaran operasi hitung bilangan bulat dengan menggunakan Menara Bilbul) saya menjadi aktif dan selalu ingin ikut berpartisipasi






9
Saya merasa tugas-tugas yang diberikan guru matematika dapat diselesaikan dengan mudah






10
Alat peraga Menara Bilbul ini membantu pemahaman konsep operasi hitung  bilangan bulat











LAMPIRAN 5
CONTOH UJI VALIDITAS PARA AHLI






0 komentar:

Posting Komentar

Translate